Don't Judge a Book by Its Cover
Seringkali tanpa kita sadari, kita akan sangat dengan mudah menjudge seseorang "ikh, si itu mah gitu ya..." atau "Lebay amat tuh orang..." atau lebih parah lagi sering keluar ungkapan seperti ini "Udah...yang waras ngalah..., dia emang gitu kok, jutek...!", kebayang ngga c, bagaimana perasaan orang yang kita judge seperti itu, padahal belum tentu dia bermaksud seperti itu atau memang pembawaannya . Ada benarnya juga pepatah "Tak kenal maka tak sayang...". Islampun dalam ajarannya yang tersirat dalam Surat Al-Hujurat (49) ayat 12 melarang berprasangka: " Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang".
|
Hindari Berburuk Sangka
Berikut ini saya akan bercerita tentang pengalaman sahabat saya sehubungan dengan ini....Saya berkunjung ke rumah sahabat saya (Mbak Dani) untuk ta'ziah, suaminya meninggal karena sakit. Mbak Dani bercerita:
Suami saya meninggal dunia sepulang kerja di Jakarta. Setelah diurus di rumah sakit, jenazah suami saya baru bisa dibawa ke rumah jam dua malam, Saat itu saya masih bingung, dimana suami akan dikuburkan, karena saya sudah tugaskan adik dan saudara saya untuk mencari tempat menguburkan suami, sampai jam 5 subuh belum ada juga kepastian. Tiba-tiba datanglah tetangga saya sepasang suami istri yang sudah agak sepuh. Saya kaget juga mereka datang. Soalnya yang saya tahu, tetangga sering membicarakan mereka, yang jutek lah yang tidak mau bertetangga lah, yang kalau disapa kadang senyum, kadang juga tidak menjawab, mau2nya dialah. Kadang saya kalau ketemu beliau juga begitu, suka tidak mau menyapa, tapi karena saya mikir "yo wes lah, sing waras ngalah...", saya suka duluan menyapa beliau, mau dibalas atau tidak, "its no problem....".
Sekarang tiba2, mereka sudah ada di depan saya. Suaminya berkata: "Ibu Dani, suami ibu akan dimakamkan di mana?". Sayapun menjawab: "Belum tau pak, saya masih bingung. Adik dan saudara yang saya tugaskan juga belum ngasih jawaban sampai sekarang." Sekarang istrinya yang berkata: "Bu Dani, waktu kami mendengar suami ibu meninggal, semalam kami langsung kesini. Tapi ternyata sampai larut malam, jenazah belum datang. Jadi kami pulang dulu, dengan niatan habis subuh kami kemari lagi. Kalau suami ibu belum ada tempat untuk dimakamkan, silahkan pakai lahan kami saja, kami punya empat kapling di pemakaman umum. Rencananya untuk saya, suami dan dua anak saya. Tapikan sekarang kami masih hidup, kami juga tidak tahu akan meninggal dimana? Sekarang yang penting suami bu Dani harus segera dimakamkan. Silahkan pakai salah satu kapling kami, kami ikhlas..."
Mendengar perkataan tetangga saya itu, saya langsung peluk si ibu sambil menangis: "Aduuuhhh abang, kebaikan apa sih yang abang perbuat semasa hidup, sampai Allah kirimkan keluarga baik ini untuk menyediakan lahannya buat peristirahatan abang yang terakhir". Si ibu itupun memeluk erat2 tubuh saya, Bapaknyapun menyerahkan note ke saya: "ini bu Dani temui bapak A di pemakaman ini. Minta segera disiapkan semuanya".
Alhamdulillah, pemakaman suami saya berjalan lancar, banyak sekali sahabat -sahabat saya maupun suami yang berdatangan untuk mendoakan dan menyalatkan. Sore harinya saya panggil adik saya yang mengurus semua pemakaman. "De, sudah kamu bayar semuanya ke tetangga kita?" dan adik sayapun menjawab "keluarga itu tidak mau dibayar, semua nya free buat abang, saya tidak mengeluarkan sepeser uangpun, tahu ngga mbak, abang tuh ibaratnya tidur ditempat tidur king size, bisa guling kesana kemari, karena kaplingnya luas dan baru abang yang isi." kata adik saya. "Subhanalloh, semoga Allah SWT, membalas semua kebaikan dan kemudahan kepada tetangga saya".
Nah, begitulah ceritanya. Semua orang tidak menyangka betapa baiknya keluarga itu sementara kita2 suka membicarakan beliau. Sayapun ceritakan ini semua ke tetangga saya yang lain yang mengenal beliau, karena kebaikan beliaulah suami saya bisa dikuburkan secepatnya.
So, do we still judge a book by its cover ?!.............
Berikut ini saya akan bercerita tentang pengalaman sahabat saya sehubungan dengan ini....Saya berkunjung ke rumah sahabat saya (Mbak Dani) untuk ta'ziah, suaminya meninggal karena sakit. Mbak Dani bercerita:
Suami saya meninggal dunia sepulang kerja di Jakarta. Setelah diurus di rumah sakit, jenazah suami saya baru bisa dibawa ke rumah jam dua malam, Saat itu saya masih bingung, dimana suami akan dikuburkan, karena saya sudah tugaskan adik dan saudara saya untuk mencari tempat menguburkan suami, sampai jam 5 subuh belum ada juga kepastian. Tiba-tiba datanglah tetangga saya sepasang suami istri yang sudah agak sepuh. Saya kaget juga mereka datang. Soalnya yang saya tahu, tetangga sering membicarakan mereka, yang jutek lah yang tidak mau bertetangga lah, yang kalau disapa kadang senyum, kadang juga tidak menjawab, mau2nya dialah. Kadang saya kalau ketemu beliau juga begitu, suka tidak mau menyapa, tapi karena saya mikir "yo wes lah, sing waras ngalah...", saya suka duluan menyapa beliau, mau dibalas atau tidak, "its no problem....".
Sekarang tiba2, mereka sudah ada di depan saya. Suaminya berkata: "Ibu Dani, suami ibu akan dimakamkan di mana?". Sayapun menjawab: "Belum tau pak, saya masih bingung. Adik dan saudara yang saya tugaskan juga belum ngasih jawaban sampai sekarang." Sekarang istrinya yang berkata: "Bu Dani, waktu kami mendengar suami ibu meninggal, semalam kami langsung kesini. Tapi ternyata sampai larut malam, jenazah belum datang. Jadi kami pulang dulu, dengan niatan habis subuh kami kemari lagi. Kalau suami ibu belum ada tempat untuk dimakamkan, silahkan pakai lahan kami saja, kami punya empat kapling di pemakaman umum. Rencananya untuk saya, suami dan dua anak saya. Tapikan sekarang kami masih hidup, kami juga tidak tahu akan meninggal dimana? Sekarang yang penting suami bu Dani harus segera dimakamkan. Silahkan pakai salah satu kapling kami, kami ikhlas..."
Mendengar perkataan tetangga saya itu, saya langsung peluk si ibu sambil menangis: "Aduuuhhh abang, kebaikan apa sih yang abang perbuat semasa hidup, sampai Allah kirimkan keluarga baik ini untuk menyediakan lahannya buat peristirahatan abang yang terakhir". Si ibu itupun memeluk erat2 tubuh saya, Bapaknyapun menyerahkan note ke saya: "ini bu Dani temui bapak A di pemakaman ini. Minta segera disiapkan semuanya".
Alhamdulillah, pemakaman suami saya berjalan lancar, banyak sekali sahabat -sahabat saya maupun suami yang berdatangan untuk mendoakan dan menyalatkan. Sore harinya saya panggil adik saya yang mengurus semua pemakaman. "De, sudah kamu bayar semuanya ke tetangga kita?" dan adik sayapun menjawab "keluarga itu tidak mau dibayar, semua nya free buat abang, saya tidak mengeluarkan sepeser uangpun, tahu ngga mbak, abang tuh ibaratnya tidur ditempat tidur king size, bisa guling kesana kemari, karena kaplingnya luas dan baru abang yang isi." kata adik saya. "Subhanalloh, semoga Allah SWT, membalas semua kebaikan dan kemudahan kepada tetangga saya".
Nah, begitulah ceritanya. Semua orang tidak menyangka betapa baiknya keluarga itu sementara kita2 suka membicarakan beliau. Sayapun ceritakan ini semua ke tetangga saya yang lain yang mengenal beliau, karena kebaikan beliaulah suami saya bisa dikuburkan secepatnya.
So, do we still judge a book by its cover ?!.............