
Enjoy the show... :)
![]() Every end of school calender, Sekolah Bogor Raya always have performances, from Playgroup to high school. For this year our theme is about "Folktales around the world". Our K2 class (Playroup class with students age 3/ 4 years old) take a part with title "Buto Ijo story". It's about Big Giant named Buto Ijo, who is going to chase the little girl named Timun Mas. Her Parents give her 4 weapons to kill the giant. Enjoy the show... :)
0 Comments
![]() Mempunyai cucu merupakan pengalaman yang menarik, menyenangkan, dan miracle. Serasa flash back ke masa anak2 masih kecil dulu. Kesibukan yang tidak pernah berhenti saat menyusui dan mngganti popok yang basah. "Menjadi seorang ibu itu harus berjuang...", nasihat teman anak saya kepada anak saya, dan sayapun tersenyum mendengarnya. "Danish itu anteng kalau rame", kata anak saya, curhat sama temannya yang berprofesi sebagai bidan, "Danish golongan darahnya apa?", tanya nya. "B", jawab anak saya, "Oh, pantes anak dengan golongan darah B, memang senang menjadi pusat perhatian". Saya pun mulai tertarik dengan obrolan mereka. "Memangnya ngaruh ya antara golongan darah dengan karaker anak?" tanya saya penuh antusias karena baru mendengar. "Iya tante, waktu kuliah saya pernah belajar hal itu" jawab teman anak saya yang lulusan ilmu kebidanan, Universitas Brawijaya, Malang. "Baca saja bukunya, banyak kok tante". Hal ini menjadi menarik, bukan saja persiapan saya untuk menghadapi cucu2 saya kelak, tetapi juga sebagai guru play group, akan membantu kita dalam memahami karakter murid2 di kelas, serta menyelami segala keunikan-keunikan yang dimiliki oleh mereka, yang tentu saja masih banyak metode lain juga dalam memahami karakteristik seseorang. ![]() Jepang sudah mulai mempelajari karakter seseorang melalui golongan darah sejak tahun 1933 oleh Furuka Takeji. Pun tidak perlu heran, di Jepang ada perusahaan yang hanya menerima orang-orang yang bergolongan darah A saja. Ada apakah dengan orang yang bergolongan darah A? Bahkan di sebuah pabrik di Jepang, 90% pekerjanya bergolongan darah A dan B, sisanya bergolongan darah O. Sungguh aneh memang dan di luar kebiasaan yang kita ketahui selama ini. Percaya tidak percaya, begitulah setidaknya yang telah diriset dan dibuktikan oleh director of the Blood Type Humanics Research dari Jepang,Toshitaka Nomi, yang juga menulis buku "Touch My Heart", mengenal Kepribadian Anak Menurut Golongan Darah. Yuk, kita intip bagaimana sih karakter anak berdasarkan golongan darahnya. Golongan darah A
Anak golongan darah A adalah tipe paling penurut, tapi takut mengambil risiko. Jika orangtua ingin anak A jadi lebih pemberani, berilah jaminan keselamatan ekstra padanya. ![]() Gologan darah B
Anak golongan darah B, cenderung memiliki minat terhadap banyak hal, suka mencoba ini itu, sebelum menentukan apa yang benar-benar disukainya. Orangtua dapat membiarkannya mencoba minatnya yang luas, sambil diarahkan ke bakat yang sebenarnya. ![]() Gologan darah O
Anak golongan darah O memiliki karakter berkeinginan kuat mencapai apa yang diinginkan. Saran untuk pola asuh anak O sebaiknya tidak diperintah-perintah. Orangtua cukup memberitahu apa yang diinginkannya Gologan darah AB
Anak golongan darah AB yang sedikit bersifat A dan sedikit bersifat B, biasanya suka berteman, tapi juga suka menyendiri. Dengan kata lain, sulit dimengerti, maka sebaiknya orangtua proaktif bertanya jika tidak mengerti atau khawatir akan tindakannya. Pelan-pelan amati tingkah laku dan kemauannya, baru kemudian arahkan dan diberi pengertian. Hari ini 15/7/2013, merupakan hari pertama aktivitas belajar mengajar dari tingkat PGTK hingga SMA dimulai, sehingga banyak orang tua (khususnya PGTK dan SD kelas I) yang harus meninggalkan aktivitas pagi mereka untuk menemani si buah hati masuk ke sekolah. Seperti tahun ajaran lalu, saya masih mengajar untuk level Play Group yaitu kelas K2. Di Sekolah Bogor Raya, level kelas dimulai dengan level K1 untuk usia 2 - 3 tahun, sedangkan K2 untuk usia murid 3 - 4 tahun. Ada dua kelas untuk kelas K2 yaitu K2A dan K2B, masing-masing kelas 20 murid dengan 3 orang guru, di K2B saya berpatner dengan Novi dan Yani. Pada minggu pertama untuk level PGTK aktivitas belajar mengajar belum dimulai, kami menamakannya 'Adjustment week', masa menyesuaikan diri dengan kelas/lingkungan yang baru. ![]() Bagi anak-anak yang pertama kali sekolah berpisah cukup lama dengan orangtua, ini menjadi hal yang tidak enak. Juga lingkungan baru, teman-temannya baru, guru-gurunya baru, hal ini bisa menimbulkan kecemasan pada mereka. Oleh karena itu masa penyesuaian ini diisi dengan bernyanyi, bermain dan jalan2 sekitar kelas, bermain di common area, bermain di play ground, mendengarkan cerita di library, juga bernyanyi di ruang music. Di dalam kelaspun, di isi dengan bermain playdough dan lego. Bagi murid yang lama mereka sudah bisa bermain game di komputer. Beberapa murid baru masih ditemani oleh orangtuanya atau susternya, yang terpenting adalah kami ingin membuat nyaman dulu buat murid2 yang baru. Terkadang masih ada yang menangis juga mengompol. Ada yang rebutan mainan, wah heboh deh... :) ![]() Biasanya yang sudah pernah sekolah sebelumnya agak mudah untuk beradaptasi. Mereka lebih mandiri dan percaya dirinya sudah tumbuh, sehingga lebih enjoy di minggu pertama sekolah. Tahun ajaran baru ini kami memiliki murid yang berasal dari Korea, India dan Philipina. Seawoo, dari Korea, sudah bisa dan mengerti sedikit Bahasa Indonesia, karena sebelumnya sudah masuk di kelas K1. Chazan dari India juga mengerti Bhs Indonesia. Adapun yang masih sulit untuk dipisahkan dengan orangtuanya adalah Cassiel asal Philipina karena belum mengerti Bhs Indonesia maupun Bhs Inggris, sehingga kami harus belajar sedikit Bahasa Tagalog dengan ma2nya Cassiel. ![]() Di hari ke 3, anak2 sudah bisa duduk manis untuk circle time, singing good morning song dan merekapun sudah mulai enjoy dengan aktifitas di kelas. Walau masih ada yang menangis, tetapi sudah bisa berpisah dengan orang tuanya. Yang menangis biasanya dipegang oleh satu guru. Jadi kami berbagi tugas. Ada yang menghandle kelas, ada juga yang menenangkan murid yang masih menangis. Berdasarkan pengalaman, untuk usia 3 - 4 tahun, penyesuaian diri mereka tidak terlalu lama. Setelah mereka merasa nyaman dan enjoy di sekolah, kegiatan belajar dan mengajar sudah bisa dimulai. Tentunya belajar sambil bermain. Welcome to K2B, Lets having fun.... :) ![]() Doa Nabi Yunus adalah doa yang sangat dianjurkan disaat kita mendapatkan kesulitan. Doa ini juga yang diucapkan Nabi Yunus AS saat ditelan oleh ikan paus. Saat itu Nabi Yunus diutus oleh Allah SWT untuk menyiarkan kebenaran pada penduduk Ninawa, yaitu satu daerah di negeri Mousul-Iraq. Tetapi sebagian dari penduduk itu menolak syiar yang disampaikan beliau, sehingga beliau pergi meninggalkan daerah itu beserta sebagian penduduk yang mengikuti ajaran beliau. Allah SWT menurunkan bencana terhadap penduduk Ninawa. Nabi Yunus menaiki perahu dengan kaumnya. Di tengah perjalanan itu terjadi gelombang besar, sehingga perahunya oleng karena kelebihan penumpang, Akhirnya diundi siapa yg harus menceburkan diri ke laut. Berkali-kali diundi ternyata yang keluar selalu nama beliau. Sehingga akhirnya beliau menceburkan diri ke lautan dan ditelan seekor ikan paus. Saat berada dalam kesulitan itulah Nabi Yunus bertasbih dan berdoa kepada Allah SWT, dengan doa berikut: "Bahwasanya tiada Tuhan yang patut disembah melainkan hanya Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.". Allah mengijabah do'anya dan menyelamatkannya serta mengembalikannya kepada kaumnya. Doa Nabi Yunus selalu saya baca di saat saya hendak melahirkan. Selain bertasbih, juga doa ini saya ajarkan pada putri saya ketika hendak meahirkan putra pertamanya. Saat mengerang kesakitan, suaminya segera membisikkan doa tersebut. Alhamdulillah, tidak lama kemudian putri saya bisa melahirkan normal. Dan doa ini pula yang membantu saya disaat saya mengalami kehamilan abnormal.
Pada tahun 1990, saya dinyatakan positif untuk kehamilan putra yang kedua. Saat itu kebetulan kami sekeluarga sedang berada di Sydney, Australia karena mengikuti suami yang sedang tugas belajar. Kami memilih Padington Royal Women Hospital sebagai tempat untuk pemeriksaan dan melahirkan bayi saya. Saat pertama hendak visit dokter, saya bertemu costumer servicenya. Oleh beliau saya diterangkan dengan jelas tentang bagaimana cara pemeriksaan kehamilan dan saya juga diberi beberapa nama dokter yang boleh dipilih sebagai dokter kandungan saya. Juga diterangkan konsep kelahiran apa yang akan saya pilih. Ternyata saat itu sedang diperkenalkan water birth, yang menurut mereka bisa meredam sakit saat melahirkan. Jadi kita melahirkannya dalam bak besar yang berisi air. Diperlihatkan juga videonya. Tetapi saya lebih suka memilih yang normal2 aja deh diruang melahirkan, Juga di terangkan menu makanan apa yang bisa kita pilih. Saya diajak tour, untuk melihat ruang bersalin dan kamar yang akan ditempati. Ada yang sendiri dan ada juga yang berempat. Wow, sebelum ketemu dokter saja, saya sudah langsung tertarik dengan semua program yang mereka tawarkan. Setelah berdiskusi dengan suami, saya memilih melahirkan secara normal saja. Menunya saya pilih vegetarian + ikan + telor. Ruangnya saya lebih suka yang berempat, karena saya jadi tidak merasa sendiri, bahkan mungkin bisa sharing dengan teman sekamar. Akhirnya saya bertemu dengan Dr Schiert, seorang dokter yang sudah senior dan murah senyum, yang saya pilih sebagai dokter kandungan. Dan alhamdulillah, sampai kandungan saya berusia tujuh bulan semua baik-baik saja. Kondisi bayi baik. Selama itu juga saya tidak pernah diperiksa dalam atau di USG, karena memang tidak perlu kata dokternya. Satu hal yang menarik adalah selain stetoskop yang melingkar dileher dokter juga alat pengukur baju. Seperti kalau kita mau beli bahan atau sedang mengukur badan suka memakai alat itu. Ternyata alat itu berguna untuk mengukur lingkar perut saya. Jadi mereka sudah memiliki hitungan yang standar untuk setiap bulan kehamilan. Di usia kehamilan yang ke-8 bulan, saya mulai merasakan keganjilan pada kehamilan saya, perut terasa sakit kalau bayi sedang bergerak. Juga perut saya mengkilat/ licin sekali sehingga terlihat dengan jelas pembuluh darah di perut, saat visit dokter, beliaupun kaget, karena ukuran lingkar perut saya untuk usia normal diatas rata2. Jadi perut saya memang terlihat besar, setelah diobserve ternyata saya kelebihan dua liter air ketuban, kami hanya bisa pasrah saat dokter menganjurkan untuk disedot sebagian air ketuban saya. Saya sendiri merasa tenang dan terus berdoa dan berdzikir. Penyedotan air ketuban berjalan lancar. Hasil lab juga menyatakan airnya dan warnanya normal, dan dengan alat deteksi jantung bayi juga masih normal. Seminggu setelah penyedotan air ketuban, saya merasakan kontraksi seperti mau melahirkan, dan sayapun dilarikan kerumah sakit. Saat masuk ruang bersalin midwive/bidan memeriksa jantung bayi saya, dan saat itu juga dokter Schiert sudah ada di ruangan didampingi dokter anak dan ada satu dokter lagi dokter ahli anastesi. Dokter Schiert pun menjelaskan kepada saya kenapa ada dokter ahli anastesi. Mengingat riwayat kehamilan saya yang sudah disedot ketubannya, kalau harus diambil tindakan caesar, dokternya sudah siap. "But iam sure, you can deliver your baby in normal way. I can see from your face and your spirit." kata dokter Schiert memberi semangat kepada saya. Tetapi kenyataannya setiap saya kontraksi saya tidak merasakan ada dorongan dari dalam perut saya. Saya sudah berusaha sekuat tenaga. Walau suami selalu membisikkan doa Nabi Yunus di telinga saya, untuk saya ikuti. saya merasa kesakitan dan sayapun berkata pada dokter: "I can't do it, too painful". Tetapi dokternya selalu memberi semangat. "Yes, you can do it". Tetapi mungkin setelah melihat saya tidak berdaya lagi, dokter pun bilang begini: "ok, tien, push again one more time, if u can't do it, we take caesarian". Saat itu saya sudah pasrah tingkat tinggi, akhirnya saya merasakan kontraksi lagi saya ucapkan doa nabi yunus dengan keras, "Laa ilaahailla anta subhanaka inni kuntumminadzzholimiin". Saat itu juga, saya merasakan seperti ada tangan yang mendorong bayi saya keluar dan lahirlah putra saya yang kedua dengan normal. Antara sadar dan tidak sadar, saya masih sempat berkata pada suami, "kok bayinya tidak nangis ya...". Setelah kondisi saya tenang, barulah saya diberitahu oleh dokter, kalau bayi yang saya lahirkan sudah meninggal beberapa jam dalam kandungan, sayapun menangis... apalagi saya tidak diperkenankan melihat bayi saya. Setelah memaksa dan saya bilang bahwa saya kuat, sayapun dapat menggendong putra saya yang kedua, bayi laki2, cakep seperti putri saya pertama waktu masih bayi, Memang kulitnya agak keriput karena terendam air ketuban. Allah menitipkan bayi itu dalam rahim saya. Saya rawat baik2 dengan memakan makanan yang sehat, saya bacakan Al quran setiap sehabis shalat, bahkan surat-surat favorit dalam Al Quran seperti surat Lukman, surat Maryam, surat Yusuf dan surat ar Rahman saya baca berulang-ulang. Tetapi rupanya Allah lebih sayang pada putra saya dan diambil Nya kembali saat masih dalam kandungan saya. Allah SWT juga memberikan kekuatan kepada saya sehingga saya bisa lahirkan secara normal melalui doa nabi Yunus yang tidak pernah putus saya lafalkan. Untuk mengetahui penyebab semuanya, saat itu dokter mengajukan dua opsi kepada kami, apakah bayi saya mau diotopsi atau dirontgen saja. Saya sudah ikhlas dengan takdir yang harus saya alami, maka saya memilih dirontgen saja, hasil rontgen memperlihatkan ada semacam kista dalam paru2 putra saya, hal itu yang menyebabkan tidak dapat mengkonsumsi air ketuban akibatnya air ketuban menjadi berlimpah, Hidramnion istilah kedokterannya atau kembar air. Secara normal saat kehamilan air ketuban berjumlah 1-2 liter, dalam kasus hidramnion melebihi batas dari 2 liter yaitu antara 4-5 liter.
Petugas counternya seorang wanita muda yang ramah, menurut saya. Dia bilang begini: "Baik dibuat satu line saja, in front of my desk. Saya akan buat sebagai rombongan/group. Luggage tolong ditata rapih, supaya mudah kasih mark. Ok, disini ada tiga usia lanjut, are they need wheel chairs?" katanya. Saya balik bertanya: "Is there any additional costs for using wheel chairs?". "Tak adalah, Itu sudah our service", jawabnya dengan logat melayunya campur beringgris ria. Dalam rombongan kami memang ada tiga teman yang berusia diatas 70 tahun, yaitu ibu Lili, seorang instruktur yoga, terlihat kuat berjalan, juga ibu Nancy yang rajin senam seminggu 3x juga dalam kondisi fit. Jadi hanya ibu Ruminah yang kami kira memerlukan wheel chair, beliau juga sehat hanya sebulan yang lalu baru menjalani pengobatan kakinya, jadi agak lambat kalau berjalan. Saya tawarkan beliau untuk menggunakan wheel chair, karena perjalanan menuju pesawat lumayan agak jauh. Setelah semua setuju, dan saya juga harus mendampingi beliau, pihak airport menyediakan wheelchair beserta petugasnya yang akan mendorong sampai ke dalam pesawat. Selanjutnya pasport saya dan ibu Ruminah dipisahkan dari rombongan. Ternyata service itu tidak hanya sebatas penyediaan wheel chair saja. Disaat teman2 yang lain harus mengantri di Imigrasi dan pengecekan pasport, kami dilewatkan melalui jalur khusus yang kelihatannya diperuntukkan bagi yang menggunakan wheel chair dan pendampingnya. Pasport kami yang sedari tadi dipegang oleh petugas yang mendorong wheel chair, langsung di cap. "Neng, raos geuning nya' nganggo kursi roda mah, teu kedah ngantri." kata ibu Ruminah. Saat naik monorailpun untuk menuju gedung yang lain, kami dipersilahkan masuk duluan, dan petugas pendorongpun tetap menjalankan tugasnya, walau saya bilang kita bisa bergantian dorong. Sepanjang jalan menuju tempat tunggu/boarding cukup jauh. Sambil bercerita ternyata menjadi cepat sampai. Petugas yang mendorong wheel chair, pegawai kontrak, seorang gadis usia kira2 18 tahun, baru lulus SMK jurusan pariwisata (saya lupa istilahnya kalau di KL). Anaknya cantik dan ramah. Walaupun beruniform tetap berjilbab rapih. Saat duduk menunggu pesawat datangpun, dia masih ikut menunggu (duuuhhh, kok saya bisa lupa ya, namanya ;( ). Dia bilang tugasnya baru selesai kalau yang dibawa sudah masuk dalam pesawat. Waktu masuk pesawat pun, kami dipersilahkan masuk duluan. Sayapun mengucapkan terima kasih atas bantuannya, dan dia bilang:"Nanti kalo sudah sampai, akan dijemput lagi pakai wheel chair". Sayapun mengangguk. Kejutan berikutnya kami mendapat tempat duduk dibarisan depan, sementara saya lihat teman-teman duduk dibelakang. Benar saja, saat kami tiba dan keluar dari pesawat, seorang petugas sudah siap dengan wheel chairnya. Oh iya, saat naik pesawat,kami dipersilahkan duluan, akan tetapi saat turun kami harus menunggu sampai penumpang turun semua. Pada saat pengecekan pasport di imigrasi pun kami melalui jalur khusus tidak ikut mengantri, dan petugas pun masih mendorong wheel chair sampai kami duduk diruang tunggu bus Damri yang akan membawa kami pulang ke Bogor. Berbeda dengan petugas di KLIA yang ramah dan murah senyum, petugas di Bandara Soeta ini rada jaim, mahal senyumnya. Duuuhhh, kenapa sih ngga ramah, sayapun jadi agak malas untuk mengajak ngobrol.
Saya jadi teringat saat keberangkatan ke KL, waktu check in petugas counternya di Soekarno hatta tidak menawarkan jasa "wheel chair"nya. Disatu pihak sayapun saat itu tidak tahu tentang pelayanan special bagi orang tua atau disable person. Padahal kan perjalanan ke pesawat juga di Soeta cukup panjang, selain menuruni anak tangga dan harus naik bus lagi. Saat itu walaupun kami saling menolong untuk menuntun teman kami, tapi kan setidaknya kalau ada wheel chair cukup membantu juga dan menghemat tenaga. Akhirnya saat tiba di KLIA pun tidak ada yang menjemput dengan wheel chair. Saya agak menyayangkan juga sikap petugas counter. Seharusnya saat chek in dia menawarkan apakah ada yang membutuhkan kursi roda, seperti yang ditawarkan saat kami check in di KLIA. Setidaknya pengalaman itu sangat berharga sekali buat saya, InsyaAllah, kalau melakukan perjalanan kembali dengan teman2, dan ada yang sepuh , saat check in saya akan menanyakan fasilitas wheel chair kepada petugas counter. Karena kalau dari awal sudah terdaftar menggunakan wheel chair, maka secara online, pelayanan itu akan berlanjut juga saat ketibaan di negara tujuan. Kenapa ya...negara kita yang terkenal dengan keramah tamahannya, menjadi tidak peduli, walau hanya untuk mengucapkan "apakah ada yang perlu kursi roda?!". Kayanya petugas counternya harus ditatar kembali deh, bagaimana cara melayani customer, terutama yang sudah sepuh atau disable person. Apakah standar pelayanan di Soeta memang lebih buruk daripada di Kualalumpur? Ini salah satu kemungkinannya, tetapi saya juga kebetulan baru memperhatikan satu aspek saja dari pelayanan keseluruhannya. Mungkin teman-teman punya pengalaman yang serupa? Time to go home.....Sudah dari semalam kami sibuk packing. Terlihat sekali koper sudah mulai beranak-pinak, alias bertambah. Atuh inimah namanya bukan ala backpacker ya...:) , Setelah shalat subuh berjamaah di masjid Nagara, dan sarapan terakhir di restauran yoezoep, kami pun segera merapihkan kembali koper2 kami. Rencana semula kami akan menggunakan taksi untuk ke bandara. Kurang lebih dibutuhkan 6 taksi. Tapi kemudiaan bapak pengelola penginapan menawarkan untuk menyewa bus mini saja. Mulanya agak sulit untuk sepakat soal harga sewa bus. Terlalu mahal. Tapi saya tetap minta harga nya diturunkan. Pengelola busnya bilang begni: "kalau ibu dari travel, saya bisa kasih harga travel. Lebih murah. Tapi ini kan private...saya tak bisa kasih harga yang ibu mau". Akhirnya pembicaraan saya alihkan dulu, saya ceritakan tentang rombongan kami panjang lebar, "ibu cakap kaya seorang guru saja, panjang lebar..." kata pengelola busnya, "Lho, memang saya seorang guru..". Jawab saya, "Are you Ce'Gu...", dia tanya lagi. "Yes, I am..." Jawab saya, "Kalau sama Ce' Gu, saya harus hormat, saya kasihlah harga yang Ce'Gu mau..., tp kalau nanti Ce'Gu dan rombangan kemari lagi, u can call my company, so i can jemput u from airport dan pusing2 di malay...". Ha ha ha... Alhamdulillah, akhirnya kami sepakat dengan harga yang kami mau. (Perasaan baru pertama kali ini, saya dapat diskon krn status saya sebagai guru, hrs hormat lagi..) Alhamdulillah, walau saat itu KLIA cukup ramai, proses check in kami berjalan lancar, tidak over weight... Saya selalu suka suasana bandara. Juga KLIA megah sekali, person in charge di bagian ticketing juga ramah2 dan cekatan, Hanya kami harus bergantian saja menaikkan luggage kami ke tempat penimbangan. Setelah beres chek-in, kami naik monorail menuju tempat pemberangkatan... Dan, Alhamdulillah, kamipun sampai di tanah air dengan selamat...Thank U Allah for Your Blessing on Us...
|
AuthorSaya Tien Tresniati lahir dan besar di Bandung. Saya suka membaca puisi dan menulis. Semoga apa yang saya sampaikan melalui media web ini bermanfaat bagi Anda semua. Archives
January 2018
Categories
All
|