![]() Andai di dunia ini tidak ada cinta, hidup akan serasa gersang, hampa, dan tidak ada dinamika. Cinta bisa membuat sesuatu yang berat menjadi ringan, yang sulit menjadi sederhana, permusuhan menjadi perdamaian, dan yang jauh menjadi dekat. Itulah gambaran kekuatan cinta. (Ust. Aam Aminuddin). Cinta itulah yang melahirkan rasa untuk menepati janji, rasa saling percaya dan mau menanggung beban saudaranya, memberi maaf dan sayang kepada saudaranya, antara sesama Muslimin. ![]() Suatu hari, Umar sedang duduk di bawah pohon kurma dekat Masjid Nabawi. Di sekelilingnya, para sahabat sedang asyik mendiskusikan sesuatu. Tiba-tiba datanglah 3 orang pemuda. Dua pemuda memegangi seorang pemuda lusuh yang diapit oleh mereka. Ketika sudah berhadapan dengan Umar, kedua pemuda yang ternyata kakak beradik itu berkata : "Tegakkanlah keadilan untuk kami, wahai Amirul Mukminin!". "Qishashlah pembunuh ayah kami sebagai had atas kejahatan pemuda ini !". Umar segera bangkit dan berkata : "Bertakwalah kepada Allah, benarkah engkau membunuh ayah mereka, wahai anak muda?". Pemuda lusuh itu menunduk sesal dan berkata : "Benar, wahai Amirul Mukminin." "Ceritakanlah kepada kami kejadiannya.", tukas Umar. Pemuda lusuh itu kemudian memulai ceritanya : "Aku datang dari pedalaman yang jauh, kaumku memercayakan aku untuk suatu urusan muammalah untuk kuselesaikan di kota ini. Sesampainya aku di kota ini, ku ikat untaku pada sebuah pohon kurma lalu kutinggalkan dia (unta). Begitu kembali, aku sangat terkejut melihat seorang laki-laki tua sedang menyembelih untaku, rupanya untaku terlepas dan merusak kebun yang menjadi milik laki-laki tua itu. Sungguh, aku sangat marah, segera ku cabut pedangku dan kubunuh ia (lelaki tua tadi). Ternyata ia adalah ayah dari kedua pemuda ini". "Wahai, Amirul Mukminin, kau telah mendengar ceritanya, kami bisa mendatangkan saksi untuk itu.", sambung pemuda yang ayahnya terbunuh. "Tegakkanlah had Allah atasnya!" timpal yang lain. Umar tertegun dan bimbang mendengar cerita si pemuda lusuh. "Sesungguhnya yang kalian tuntut ini pemuda shalih lagi baik budinya. Dia membunuh ayah kalian karena khilaf kemarahan sesaat", ujarnya. "Izinkan aku, meminta kalian berdua memaafkannya dan akulah yang akan membayarkan diyat (tebusan) atas kematian ayahmu", lanjut Umar. "Maaf Amirul Mukminin," sergah kedua pemuda masih dengan mata marah menyala, "Kami sangat menyayangi ayah kami, dan kami tidak akan ridha jika jiwa belum dibalas dengan jiwa". Umar semakin bimbang, di hatinya telah tumbuh simpati kepada si pemuda lusuh yang dinilainya amanah, jujur, dan bertanggung jawab. ![]() Tiba-tiba si pemuda lusuh berkata : "Wahai Amirul Mukminin, tegakkanlah hukum Allah, laksanakanlah qishash atasku. Aku ridha dengan ketentuan Allah", ujarnya dengan tegas. "Namun, izinkan aku menyelesaikan dulu urusan kaumku. Berilah aku tangguh 3 hari. Aku akan kembali untuk diqishash". "Mana bisa begitu?", ujar kedua pemuda yang ayahnya terbunuh. "Nak, tak punyakah kau kerabat atau kenalan untuk mengurus urusanmu?", tanya Umar. "Sayangnya tidak ada, Amirul Mukminin". "Bagaimana pendapatmu jika aku mati membawa hutang pertanggung jawaban kaumku bersamaku?", pemuda lusuh balik bertanya kepada Umar. "Baik, aku akan memberimu waktu tiga hari. Tapi harus ada yang mau menjaminmu, agar kamu kembali untuk menepati janji." kata Umar. "Aku tidak memiliki seorang kerabatpun di sini. Hanya Allah, hanya Allah-lah penjaminku wahai orang-orang beriman", rajuknya. Tiba-tiba dari belakang kerumunan terdengar suara lantang : "Jadikan aku penjaminnya, wahai Amirul Mukminin". Ternyata Salman al-Farisi yang berkata. "Salman?" hardik Umar marah. "Kau belum mengenal pemuda ini, Demi Allah, jangan main-main dengan urusan ini". "Perkenalanku dengannya sama dengan perkenalanmu dengannya, yaa, Umar. Dan aku mempercayainya sebagaimana engkau percaya padanya", jawab Salman tenang. Akhirnya dengan berat hati, Umar mengizinkan Salman menjadi penjamin si pemuda lusuh. Pemuda itu pun pergi mengurus urusannya. ![]() Hari pertama berakhir tanpa ada tanda-tanda kedatangan si pemuda lusuh. Begitupun hari kedua. Orang-orang mulai bertanya-tanya apakah si pemuda akan kembali. Karena mudah saja jika si pemuda itu menghilang ke negeri yang jauh. Hari ketiga pun tiba. Orang-orang mulai meragukan kedatangan si pemuda, dan mereka mulai mengkhawatirkan nasib Salman, salah satu sahabat Rasulullah S.A.W. yang paling utama. Matahari hampir tenggelam, hari mulai berakhir, orang-orang berkumpul untuk menunggu kedatangan si pemuda lusuh. Umar berjalan mondar-mandir menunjukkan kegelisahannya. Kedua pemuda yang menjadi penggugat kecewa karena keingkaran janji si pemuda lusuh. Akhirnya tiba waktunya penqishashan. Salman dengan tenang dan penuh ketawakkalan berjalan menuju tempat eksekusi. Hadirin mulai terisak, karena menyaksikan orang hebat seperti Salman akan dikorbankan. ![]() Tiba-tiba di kejauhan ada sesosok bayangan berlari terseok-seok, jatuh, bangkit, kembali jatuh, lalu bangkit kembali. ”Itu dia!” teriak Umar. “Dia datang menepati janjinya!”. Dengan tubuhnya bersimbah peluh dan nafas tersengal-sengal, si pemuda itu ambruk di pangkuan Umar. ”Hh..hh.. maafkan.. maafkan.. aku, wahai Amirul Mukminin..” ujarnya dengan susah payah, “Tak kukira... urusan kaumku... menyita... banyak... waktu...”. ”Kupacu... tungganganku... tanpa henti, hingga... ia sekarat di gurun... Terpaksa... kutinggalkan... lalu aku berlari dari sana..” ”Demi Allah”, ujar Umar menenanginya dan memberinya minum, “Mengapa kau susah payah kembali? Padahal kau bisa saja kabur dan menghilang?” tanya Umar. ”Aku kembali agar jangan sampai ada yang mengatakan... di kalangan Muslimin... tak ada lagi ksatria... menepati janji...” jawab si pemuda lusuh sambil tersenyum. Mata Umar berkaca-kaca, sambil menahan haru, lalu ia bertanya : “Lalu kau, Salman, mengapa mau- maunya kau menjamin orang yang baru saja kau kenal?" Kemudian Salman menjawab : " Agar jangan sampai dikatakan, dikalangan Muslimin, tidak ada lagi rasa saling percaya dan mau menanggung beban saudaranya”. ![]() Hadirin mulai banyak yang menahan tangis haru dengan kejadian itu. ”Allahu Akbar!”, Tiba-tiba kedua pemuda penggugat berteriak. “Saksikanlah wahai kaum Muslimin, bahwa kami telah memaafkan saudara kami itu”. Semua orang tersentak kaget. “Kalian...” ujar Umar. “Apa maksudnya ini? Mengapa kalian..?” Umar semakin haru. Kemudian dua pemuda menjawab dengan membahana : ”Agar jangan sampai dikatakan, di kalangan Muslimin tidak ada lagi orang yang mau memberi maaf dan sayang kepada saudaranya”. ”Allahu Akbar!” teriak hadirin. Pecahlah tangis bahagia, haru dan sukacita oleh semua orang. Wat Arun Rajwararam Sebenarnya menuju Wat Arun lebih praktis dari Grand Palace,Wat Pho dan nyebrang ke Wat Arun, tempatnya saling berdekatan, atau sebaliknya. Akan tetapi, karena kemarin kecapean dan kelaparan, kami sepakat mengunjungi Wat Arun keesokan harinya. Begini kalau bepergiaan secara rombongan, semua bisa didiskusikan secara musyawarah dan mufakat. Kalo terjadi diskusi alot, biasanya saya sebagai kepala rombongan yang akan mengambil keputusan :) Pagi ini dengan bersemangat kami berangkat dari hotel. Dua taksi pesanan kami sudah menunggu di lobby. Perjalanan 1 jam dgn biaya taksi berargo 200 baht. Hujan rintik2, mengiringi perjalan kami, menikmati suasana Bangkok yang masih sepi. Menggunakan taksi di Bangkok ternyata lebih hemat kalau kita berangkatnya secara rombongan. Dari kejauhan, tampak jembatan Rama VIII, yang pernah dipakai shootingnya James Bond, Daniel Craig. Jembatan Rama VIII di Bangkok, Thailand, resmi dibuka pada tanggal 20 September 2002. Jembatan kabel-tetap ini terdiri dari tiang tunggal terletak sekitar sepertiga jarak dari ujung barat laut jembatan. Golden memperpanjang suspensi kabel dari tiang ini ke permukaan jalan. Memilik panjang sekitar 2,45 km, termasuk rentang pendekatan, dan spans Sungai Chao Phraya. Dinamai ole raja kedelapan dari Dinasti Chakri, Raja Ananda Mahidol. Jembatan ini telah menjadi objek wisata terkenal, dan digambarkan pada bagian belakang uang kertas seri 15-20 baht, di balik potret Raja Ananda Mahidol. (sumber, wikipedia) Kunjungan ke Wat Arun dengan menggunakan taksi, ternyata kita akan mengelilingi Wat arun dari sisi daratannya, Wat Arun sendiri terletak disisi Sungai Chao Phraya, dengan panjang sungai sekitar 372 kilometer, dan mengalir sepanjang bagian Thailand, dan merupakan sungai utama di Thailand. Wat Arun (bahasa Thai: วัดอรุณ, Candi Fajar) adalah candi Buddha (wat) yang terletak di distrik Bangkok Yai di Bangkok, Thailand, tepatnya di Barat hulu Sungai Chao Phraya. Nama panjang dari candi ini adalah Wat Arunratchawararam Ratchaworamahavihara (วัดอรุณราชวรารามราชวรมหาวิหาร). Wat Arun Rajwararam atau Temple of Dawn, diberi nama setelah Aruna, India God Dawn. Wat Arun dianggap salah satu yang paling terkenal dari banyak landmark di Thailand. (sumber, wikipedia). Udara yang sejuk, menemani kami saat mulai memasuki komplek Wat Arun. Setelah membayar tiket masuk sebesar 50 baht, kamipun mulai menjelajahi wilayah Wat Arun. komplek ini tidak sebesar Grand Palace, akan tetapi padat dengan berbagai bentuk Prang (menara). Sayangnya saat kami ke sana, Prang tertinggi/ terbesar sedang dalam tahap renovasi. Jd kami tidak bisa menaiki sampai puncak tertinggi. Prang nya banyak didominasi warna putih mutiara, berbeda dengan wat yang lain, biasanya dominasi warna emas. Gaya bangunan candi ini adalah gaya bangunan Khmer, dengan jenis bangunan Phra Prang. Pada bagian tengah adalah Prang terbesar, atau pusatnya yang melambangkan gunung Meru, atau dianggap sebagai pusat alam semesta. Kita harus berhati-hati saat menaiki prang karena tangganya curam, sempit dan cukup menukik. Disekitar Wat Arun, terdapat tempat penyewaan baju tradisional Thailand, dan dapat digunakan untuk berfoto-foto ria, juga toko-toko souvenir. Menurut saya berbelanja souvenir disini lebih murah harganya dibandingkan tempat yang lain, selain kita bisa membayar dengan uang rupiah, penjualnya juga bisa berbahasa indonesia. Rasa Cape mengitari sekitar kuil2 di Wat Arun, terobati dengan istirahat sejenak sambil minum air kelapa muda, air kelapa bakar dan mencoba buah potong yang terjual dalam plastik seharga 20 baht. Puas mengitari Wat Arun, kamipun siap2 menyebrang dengan perahu, dan membayar tiket seharga 3 baht. Setelah sampai di sebrang sungai, kami berjalan menuju Jalan utama untuk mencegat taksi. Di sekitar pelabuhan, banyak penjual makanan kaki lima yang menggoda selera, tp kami tdk berani mencobanya, kehalalannya tidak terjamin. Big-C Supercenter Big-C, merupakan salah satu supermarket terbesar di Bangkok. Semua kebutuhan rumah tangga tersedia disini. Setelah berkeliling di Wat Arun kami makan siang di Food Court Big-C. Sekalian membeli oleh2 berupa makanan ringan/kering dengan berbagai macam pilihan dan harganya lebih murah. Foodcourt terletak di lantai 3, kami memilih ayam dan ikan sebagai menu makan siang kami. Selain label halal, di food court juga tertulis menu Moeslem Style atau islamic food style.
Setelah makan siang dan berbelanja, kami kembali ke hotel untuk berkemas., dengan niatan, kami akan kembali makan Tom Yam di pitchburry street, akan tetapi apa daya, jalan dan packing cukup menguras tenaga kami disaat terakhir di Bangkok. Akhirnya kami memesan makanan pada sahabat saya Ayoe. Malam harinya, Ayoe datang dengan pesanan Tom Yam kami dan membawa timbangan koper, karena hampir semua koper kami menggelembung...ha ha ha... Floating Market (DAMNERN SA - DUAK) ![]() Tertarik dengan tawaran Ms Rainbow, PC nya Taxi and Tour Service, Prabhirarb Co.,Ltd. saat tiba di Don Muang Airport, untuk mengikuti 1 day tour dengan tujuan Floating Market Damnern sa-duak, train market, tiger farm, Elephant village, Grand Palace, Wat -Po, Wat-Arun, China town. Apakah semua tempat ini terkunjungi dalam waktu 10 jam, wait and see ya...:) Dengan biaya 2600 baht, akhirnya kami ikut 1 day city tour. Jam 08.00 AM sebuah van sudah siap menjemput kami di hotel. Supirnya ternyata pasangan muda, bisa berbahasa inggris. Ok lah, saya merasa aman, setidaknya kami bisa berkomunikasi. Damnoen Saduak adalah Floating Market yang sangat terkenal di Thailand. Perjalanan menuju Damnoen Saduak Floating Market,memakan waktu hampir 2 jam, 110 km keluar kota Bangkok menuju Utara. Kami menikmati tour ini, selain vannya bagus dan nyaman, sopirnya juga mengendarai vannya tidak ngebut. Selepas kota Bangkok, pemandang sekitarnya adalah pesawahan dan tambak garam. Dipinggiran jalan berdiri kios2 yang menjual garam berkarung-karung. Juga ada perkebunan penduduk yang memproduksi gula dari kelapa. Sesampainya di tempat parkiran, sudah terlihat banyak bus, van dan taxi yang parkir. Kami turun dan duduk di tempat parkiran untuk mengantri lagi, karena menuju floating market kita harus naik boat, sejenis perahu panjang yg bermotor. Sesampai di depan meja tiket, cukup kaget juga ternyata kami harus membayar perahunya, ada beberapa paket mulai dari 3000 baht, 4000 baht, dan 7000 baht. Tempat yg dikunjungi berbeda-beda sesuai dgn paket yang dipilih, dan maksimum penumpang boat hanya 5 orang, berarti untuk rombongan kami harus memakai 2 perahu, setelah tawar menawar, akhirnya kami memakai satu perahu 4000 baht untuk berenam, krn satu teman kami memilih untuk menunggu, tidak tahan kalau berperahu selama kurang lebih 1,5 jam. Kami naik perahu yang berekor panjang. Harus hati2 saat naik perahunya. Air sungai cukup bergelombang. Suara mesin perahu cukup nyaring terdengar, nyaris ngebut walau berjalan di kanal2 yang tidak terlalu besar. Tetapi mulai pelan saat belok atau berpapasan dengan perahu lain. Kiri kanan ada perkebunan kelapa, juga rumah penduduk yang terbuat dari kayu2. Terkadang perahu berhenti di depan toko2 souvenir, harganya cukup mahal, kecuali pandai menawar. Toko2 souvenir atau food courtnya dibangun dipinggiran kanal2, kiri dan kanan, ada juga penjual makanan yang memakai perahu. Sesampainya di pusat pasar, terlihat sangat macet dan terkadang perahu harus mengantri untuk memberi jalan perahu lain yang datang berlawanan arah, atau menunggu kalo pas perahu di depan kita sedang membeli makanan kecil khas thai. Banyak sekali jenis makanan yang dijual ibu2 dari perahu dan mereka cekatan sekali saat melayani pembeli. Ada es krim kelapa, durian dan sticky rice ,manggo stiky rice, kue2 basah juga kelapa muda dll. Suasana seperti itu yang mewarnai floating market, antara suara mesin perahu, kemacetan dan suara pedagang yang mengajak penumpang perahu untuk sekedar mampir di depan tokonya. WAT-PHO & Pitchbury Rd Touring floating market berakhir jam 12.00 PM, kami meneruskan perjalanan menuju Grand Palace, tepat jam 02.00 PM, Sedang panas2nya. Karena kami sudah merasa cape, kunjungan ke Grand Palace kami skip dulu. Pilihan jatuh mengunjungi Wat-Po, yang terletak tidak jauh dari Grand Palace dan tidak terlalu luas tempatnya. Setelah kami membayar tiket masuk 100 Baht, dan tiket masuk bisa ditukar dengan sebotol air mineral, kami langsung memaski kuil di mana ada patung Budha dalam posisi tidur. Untuk memasuki area tersebut, kami harus melepaskan sandal/ sepatu dan mengantonginya dalam kantong kain yang telah disediakan. ![]() Wat-Pho, merupakan salah satu kuil tertua dan terbesar di Bangkok, terletak sebelah selatan dari Grand Palace. Wat - Pho terkenal dengan patung Budha tidur (Reclining Buddha) terpanjang di Thailand, sepanjang 46 m dengan tinggi 15 m. Patung tidur Budha ini terbuat dari bata, gips dan lapisan emas. Telapak kakinya dilapisi dengan 108 lakshana (lambang suci Budha) yang terbuat dari mutiara. Sayang sekali saat kami ke sana area telapak kaki Budha sedang mengalami renovasi, jadi ditutupi. Di koridor aula tempat patung ini berada terdapat 108 mangkuk perunggu yang melambangkan 108 sifat-sifat keberuntungan Budha, sehingga menjatuhkan koin di mangkuk ini dipercaya dapat membawa keberkahan. Wat-Pho ini didirikan saat pemerintahan King Rama I. Sejak tahun 1960-an didirikan sekolah pemijatan terbaik di Thailand, sehingga Wat-Pho terkenal sebagai pusat pengobatan tradisional. Ada 4 macam course yang terkenal yaitu, 4 courses in Thai Medicine - Thai Pharmacy, Thai Medical Practice, Thai Midwife Nurse and Thai Massage. Di halaman luar kuil ini terdapat kurang lebih 100 Chedi, ada sebagian yang digunakan untuk menyimpan abu jenazah keluarga, 71 chedi. Pitchbury Rd, pusat jajanan/Resto Halal ![]() Setelah seharian touring, perut kami sudah benar2 lapar. Selama dalam perjalanan hanya diisi snack, buah dan minum saja. Waktu sudah menunjukan pukul 04.00 PM, sisa rent van hanya tinggal dua jam lagi. Setelah selesai kunjungan di Wat-Pho, kami putuskan untuk makan siang di daerah Pitcbury Rd, tempat restoran halal sepanjang jalan tersebut, dekat dengan Kedutaan besar Indonesia, dan banyak keluarga Indonesia juga yang menetap di daerah tersebut. Kami mencoba maksi di Restaurant Madina. Pilihan menu jatuh pada tomyam seafood, nasi ayam kailan, nasi sapi rempah, dan mie ayam bakso. Rasanya pas di lidah, mungkin mie ayam baso nya saja yg sy coba dari teman agak berbeda dgn rasa di indonesia. Tapi teman saya yg satu ini doyan mie ayam, habis juga satu porsi mangkuk besar. Setelah makan siang yang kesorean :). jam 5.30 PM, kami kembali ke hotel. Ternyata dalam waktu 10 jam yang tersedia, kami hanya mampu mengunjungi dua tempat saja, perjalanan yang cukup jauh sudah memakan waktu hampir 4 jam pp. Kami juga harus menghargai teman saya yg sdh terlihat cape. Rombongan saya kali ini ada yang senior usia 65 tahun, beliau selalu ikut traveling dengan saya, baik waktu ke KL dan ke Singapore, dan yang paling muda usia 16 tahun. Setelah mandi, shalat Magrib dan Isya, kami berjalan kaki menuju BTS Phrom Phong untuk memenuhi undangan teman saya yang tinggal di Bangkok, Ayoe Indria. Beliau mengajak kami untuk mencoba Street food di waktu malam hari. Sepanjang jalan ramai oleh pedagang Street food yang mengelar meja dan kursi di pinggir jalan. Sebelum naik ke BTS, kami sekali lagi mampir ke Naraya Outlet dan Sephora outlet yang terletak di Emporium Plaza. Tidak pernah bosan masuk Naraya Store, saya membeli tas dan dompet kacamata untuk kacamata saya. Menuju Pitchbury Rd, kami naik Skytrain dari bts Prhom Phong, turun di bts Ratchathevi, jalan sekitar 200 m menuju Pusat Halal Street Food. Teman saya, Ayoe sudah menunggu saat kami turun dari eskalator bts Ratchahevi. Sepanjang jalan sudah terlihat meja dan korsi yang digelar di sisi jalan, melewati restauran Medina tempat kami maksi tadi. Tujuan kami penjual Tom Yam Gung. Pedagangnya keluarga muslim Thailand, pilihannya ada tom yum ikan atau tom yum ayam, bisa polos atau ditambah mie atau kwetiau. Saya perhatikan banyak orang indonesia yang sedang makan malam. Kebanyakan pelajar indonesia, info dari teman. Setelah tersaji, tdk sabar untuk mencicipi langsung tom yum nya. Maklumlah, saya penggemar berat Tom yum :). Wow, enak bangeeettt rasanya, bener2 asli Thai, satu mangkok penuh Tom Yum habis disikat, ini lapar atau suka ya... beda tipislah.. ha ha ha. Tapi memang rasa tom yum nya mak'nyuuuussss banget...sehingga sepakat sama teman2, terakhir makan malam akan makan Tom yum lagi, naik skytrainpun jadilah.... Kenyang makan Tom Yum, Ayoe masih menawarkan teh tarik dan martabak pisang. Karena sudah kenyang, akhirnya martabak pisang dan sate baso sapi, baso ikan, baso ayam dibawa pulang. Khasnya kalo kita makan di restaurant atau Street Food, selalu disediakan air putih dan masing2 cangkir sudah berisi es batu. Orang Thai penggemar minum dengan es batu. Karena apartemen Ayoe sudah deket, kamipun berjalan kaki mampir ke apartemennya. Sayang tidak bertemu putra/i nya yang sudah tidur. Ayoe dan keluarga, sudah 3 tahun tinggal dan bekerja di Bangkok. Putra/i nya sekolah di sekolah Kedutaan Indonesia, yang jaraknya dekat dari apartemen. Kamipun sempat mampir ke Masjid Darul Aman. Sayang tidak bisa masuk ke dalam karena sudah dikunci, sudah jam 11.00 PM. Kembali ke Hotel, kami gunakan dua taksi, hanya 100 baht sampai hotel. Thanks Ayoe for your hospitality :). Semoga Allah SWT senantiasa menambahkan barokah dan rizqi Ayoe dan keluarga, dan sukses selalu di negeri orang. Aamiin YRA. |
1. Kepemimpinan Kepemimpinan adalah salah satu karakter yang menonjol pada diri seorang ayah. Ia harus memimpin anak-anaknya menuju kebaikan. Ia harus memimpin rumah tangganya menuju surga. Di titik ini, ia dituntut memiliki karakter berikutnya yaitu keteladanan. Pemimpin tidak cukup hanya memerintah dan mengeluarkan arahan, namun ia harus memberikan contoh teladan dalam pemikiran, perasaan, perbuatan dan perkataan. Semua anak akan merasa senang apabila mereka dipimpin dengan penuh keteladanan oleh ayah mereka. 3. Optimisme Seorang ayah juga dituntut memiliki optimisme dalam memandang dan mengarungi kehidupan. Sebagai nakhoda kapal keluarga, ia harus mengajak semua penumpang kapal untuk melawan ombak dan badai di tengah lautan kehidupan. Kendati ombak sangat besar dan badai datang silih berganti, seorang nakhoda harus tetap optimis akan bisa melalui semua rintangan tersebut dengan selamat dan sukses. Anak-anak akan memiliki semangat yang menyala apabila dipimpin oleh ayah yang penuh optimisme menghadapi tantangan kehidupan. Namun jika ayah menunjukkan pesimisme, pasti akan mengalir pula sifat ketakutan pada diri anak-anak. Mereka tidak percaya diri akan bisa mengalahkan ombak dan badai kehidupan. 4. Kecerdasan Seorang ayah dituntut memiliki kecerdasan. Ayah yang cerdas, smart dan memiliki semangat menimba ilmu pengetahuan, akan membuat anak-anak bangga dan berbesar hati terhadap ayahnya. Banyak sekali peristiwa kehidupan yang harus disikapi dengan cerdas. Sejak anak-anak lahir, seorang ayah harus membimbing, mendidik, membina dan mengarahkan anak-anak agar menjadi salih dan salihah, menjadi anak-anak yang cerdas, menjadi anak-anak yang berkualitas. Mendidik memerlukan ukuran kecerdasan tertentu, maka hanya ayah cerdas yang bisa sukses membimbin dan mendidik anak-anaknya. | 2. Kehangatan Seorang ayah dituntut untuk memiliki kehangatan dalam pergaulan keseharian. Di dalam rumah, ia adalah salah satu pusat “kehidupan”. Jika ayah tidak memiliki kehangatan dalam interaksi dan komunikasi dengan anak-anaknya, akan menyebabkan suasana yang dingin bahkan bisa menjadi beku. Ayah harus memiliki suasana jiwa yang hangat, yang menyebabkannya pandai bergaul dengan penuh keakraban dan persahabatan dengan anak-anaknya. Suasana inilah yang menyebabkan anak-anak akan merasa betah tinggal di rumah dan nyaman berada di dekat ayah mereka. 5. Kekuatan Seorang ayah juga harus memiliki kekuatan. Jadilah ayah yang kuat, bukan ayah yang lemah. Kuat bukan hanya dari segi fisik, namun juga kuat keimanan, kuat mental dan moral, kuat kemauan, kuat harapan dan cita-cita, kuat bekerja, kuat berkarya, kuat berproduksi dan kuat menafkahi. Ayah yang kuat akan membawa anak-anak menuju kepada kondisi yang kuat pula. Sebaliknya ayah yang lemah, akan cenderung menurunkan kelemahan pula kepada jiwa anak-anaknya. |
6. Kelembutan
Pada saat yang bersamaan, ayah juga harus memiliki kelembutan. Kuat itu tidak sama dengan kasar. Kuat adalah karakter positif yang harus dimiliki ayah untuk mendewasakan dan mematangkan anak-anaknya. Namun itu semua dilakukan penuh dengan sikap kelembutan, tidak dengan kekasaran. Ayah yang lembut akan menyebabkan anak-anak merasa bahagia berada di sampingnya. Di dalam kelembutan inilah tersimpan kekuatan untuk mempengaruhi. Dengan sikap yang lembut, seorang ayah akan sangat kuat membawa jiwa anak-anak untuk menuju kepada sifat-sifat mulia.
Semoga kita menjadi ayah yang hebat, yang mempu membimbing keluarga menuju surga. Aamiin.
Pada saat yang bersamaan, ayah juga harus memiliki kelembutan. Kuat itu tidak sama dengan kasar. Kuat adalah karakter positif yang harus dimiliki ayah untuk mendewasakan dan mematangkan anak-anaknya. Namun itu semua dilakukan penuh dengan sikap kelembutan, tidak dengan kekasaran. Ayah yang lembut akan menyebabkan anak-anak merasa bahagia berada di sampingnya. Di dalam kelembutan inilah tersimpan kekuatan untuk mempengaruhi. Dengan sikap yang lembut, seorang ayah akan sangat kuat membawa jiwa anak-anak untuk menuju kepada sifat-sifat mulia.
Semoga kita menjadi ayah yang hebat, yang mempu membimbing keluarga menuju surga. Aamiin.

Malam itu hujan turun lumayan deras. Dari dalam mobil di parkiran Masjid Az-Zikra, saya melihat seorang nenek yang membawa payung dan mukena yang dikepit diantara lengannya, berjalan menembus derasnya hujan menuju masjid untuk shalat isya dan tarawih berjamaah. Pandangan saya tidak lepas, sampai sosok beliau yang berjalan terbungkuk menaiki anak tangga, menghilang masuk ke dalam masjid. Subhanalloh, saya kagum dengan semangat nenek itu untuk shalat berjamaah. Bisa jadi karena rumahnya dekat dengan komplek Az Zikra, tapi menembus hujan...MasyaAllah. Semoga Allah SWT merahmati setiap langkah nenek itu menuju mesjid dan memberinya kesehatan. Aamiin YRA.
Keesokan harinya sosok tua itu terlihat lagi sedang menyeret dua kantung besar plastik hitam. Saya yang sedang duduk di teras mesjid selesai mendengarkan ceramah subuh, langsung beranjak menghampiri beliau. Ternyata di ujung tangga sudah menumpuk kantung besar lainnya. Nenek Rohma namanya, sewaktu saya tanya nama beliau. Rumah nenek Rohma ini memang dekat dengan masjid. Nenek Rohma bilang, "Kata Bapak Ustadz Arifin, nenek harus selalu shalat di masjid." "kan sudah nenek2 mah boleh.... ", lanjutnya.
Dari ‘Abdullah bin Mas’ud, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
صَلاَةُ الْمَرْأَةِ فِى بَيْتِهَا أَفْضَلُ مِنْ صَلاَتِهَا فِى حُجْرَتِهَا وَصَلاَتُهَا فِى مَخْدَعِهَا أَفْضَلُ مِنْ صَلاَتِهَا فِى بَيْتِهَا
“Shalat seorang wanita di rumahnya lebih utama baginya daripada shalatnya di pintu-pintu rumahnya, dan shalat seorang wanita di ruang kecil khusus untuknya lebih utama baginya daripada di bagian lain di rumahnya” (HR. Abu Dawud 570. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Shalat wanita di rumah adalah pengamalan dari perintah Allah agar wanita diam di rumah. Namun demikian, jika wanita ingin melaksanakan shalat berjamaah di masjid selama memperhatikan aturan seperti menutupi aurat dan tidak memakai harum-haruman, maka janganlah dilarang.
Dari Salim bin Abdullah bin Umar bahwasanya Abdullah bin ‘Umar berkata : “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
لاَ تَمْنَعُوا نِسَاءَكُمُ الْمَسَاجِدَ إِذَا اسْتَأْذَنَّكُمْ إِلَيْهَا
“Janganlah kalian menghalangi istri-istri kalian untuk ke masjid. Jika mereka meminta izin pada kalian maka izinkanlah dia” (HR. Muslim 442).
Keesokan harinya sosok tua itu terlihat lagi sedang menyeret dua kantung besar plastik hitam. Saya yang sedang duduk di teras mesjid selesai mendengarkan ceramah subuh, langsung beranjak menghampiri beliau. Ternyata di ujung tangga sudah menumpuk kantung besar lainnya. Nenek Rohma namanya, sewaktu saya tanya nama beliau. Rumah nenek Rohma ini memang dekat dengan masjid. Nenek Rohma bilang, "Kata Bapak Ustadz Arifin, nenek harus selalu shalat di masjid." "kan sudah nenek2 mah boleh.... ", lanjutnya.
Dari ‘Abdullah bin Mas’ud, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
صَلاَةُ الْمَرْأَةِ فِى بَيْتِهَا أَفْضَلُ مِنْ صَلاَتِهَا فِى حُجْرَتِهَا وَصَلاَتُهَا فِى مَخْدَعِهَا أَفْضَلُ مِنْ صَلاَتِهَا فِى بَيْتِهَا
“Shalat seorang wanita di rumahnya lebih utama baginya daripada shalatnya di pintu-pintu rumahnya, dan shalat seorang wanita di ruang kecil khusus untuknya lebih utama baginya daripada di bagian lain di rumahnya” (HR. Abu Dawud 570. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Shalat wanita di rumah adalah pengamalan dari perintah Allah agar wanita diam di rumah. Namun demikian, jika wanita ingin melaksanakan shalat berjamaah di masjid selama memperhatikan aturan seperti menutupi aurat dan tidak memakai harum-haruman, maka janganlah dilarang.
Dari Salim bin Abdullah bin Umar bahwasanya Abdullah bin ‘Umar berkata : “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
لاَ تَمْنَعُوا نِسَاءَكُمُ الْمَسَاجِدَ إِذَا اسْتَأْذَنَّكُمْ إِلَيْهَا
“Janganlah kalian menghalangi istri-istri kalian untuk ke masjid. Jika mereka meminta izin pada kalian maka izinkanlah dia” (HR. Muslim 442).
Setiap subuh nenek Rohma selalu shalat di masjid, biasanya dilanjutkan membaca Al Quran dan mendengarkan ceramah subuh, sampai waktu isroq/syuruq yaitu waktu matahari terbit dan beliaupun menegakkan shalat sunnah dua rakaat.
Barang siapa yang mengerjakan sholat subuh berjama’ah lalu duduk berdzikir kepada Allah sampai matahari terbit dan kemudian mengerjakan sholat 2 rakaat, maka pahala sholat itu baginya seperti pahala haji dan umrah,sepenuhnya,sepenuhnya,sepenuhnya.(HR. Tirmidzi )
Gelas dan botol bekas air mineral itu, beliau kumpulkan setelah shalat. Ketika saya tanyakan berapa keuntungan dengan mengumpulkan botol bekas, beliau menjawab, "murah sekali neng, satu karung hitam ini hanya dihargai seribu rupiah". Kaget juga saya mendengarnya. Kalau banyak orang lain juga yang mengumpulkan barang bekas, nenek Rohma hanya bisa mengumpulkan 5 kantung besar, hanya dapat lima ribu rupiah. "Cukup nek, untuk sehari-hari?" tanya saya kemudian." Alhamdulillah neng, cukup! Terkadang nenek masih dapat uang dari anak2, maupun dari masjid berupa shodaqoh, yang penting mah nenek sudah usaha, tidak menyusahkan orang lain, berapapun yang nenek dapat setiap harinya. Alhamdulillah selalu cukup. Kata ustadz juga, nenek harus selalu bersyukur dengan rezeki yang didapat, karena rezeki itu tidak hanya berupa uang saja. Nenek sehat juga itu rezeki", tambah beliau.
Sayapun tertegun mendengarnya, nenek Rohma ternyata cerdas. Ilmu agama yg didapat dari mengikuti kajian di Masjid Az Zikra, benar2 beliau pahami dan dilaksanakan. Dan beliaupun selalu menjalankan shalat lima waktunya di masjid. Dengan mengumpulkan gelas/botol bekas air mineral pun, katanya sekalian menjaga kebersihan masjid. Subhanalloh, di usianya yang semakin senja,beliau tetap belajar mendalami ilmu2 agama dan semakin khusyu dalam melaksanakan ibadahnya. Semoga Allah selalu memberikan usia yang barokah kepada beliau dan kesehatan. Aamiin YRA.
Barang siapa yang mengerjakan sholat subuh berjama’ah lalu duduk berdzikir kepada Allah sampai matahari terbit dan kemudian mengerjakan sholat 2 rakaat, maka pahala sholat itu baginya seperti pahala haji dan umrah,sepenuhnya,sepenuhnya,sepenuhnya.(HR. Tirmidzi )
Gelas dan botol bekas air mineral itu, beliau kumpulkan setelah shalat. Ketika saya tanyakan berapa keuntungan dengan mengumpulkan botol bekas, beliau menjawab, "murah sekali neng, satu karung hitam ini hanya dihargai seribu rupiah". Kaget juga saya mendengarnya. Kalau banyak orang lain juga yang mengumpulkan barang bekas, nenek Rohma hanya bisa mengumpulkan 5 kantung besar, hanya dapat lima ribu rupiah. "Cukup nek, untuk sehari-hari?" tanya saya kemudian." Alhamdulillah neng, cukup! Terkadang nenek masih dapat uang dari anak2, maupun dari masjid berupa shodaqoh, yang penting mah nenek sudah usaha, tidak menyusahkan orang lain, berapapun yang nenek dapat setiap harinya. Alhamdulillah selalu cukup. Kata ustadz juga, nenek harus selalu bersyukur dengan rezeki yang didapat, karena rezeki itu tidak hanya berupa uang saja. Nenek sehat juga itu rezeki", tambah beliau.
Sayapun tertegun mendengarnya, nenek Rohma ternyata cerdas. Ilmu agama yg didapat dari mengikuti kajian di Masjid Az Zikra, benar2 beliau pahami dan dilaksanakan. Dan beliaupun selalu menjalankan shalat lima waktunya di masjid. Dengan mengumpulkan gelas/botol bekas air mineral pun, katanya sekalian menjaga kebersihan masjid. Subhanalloh, di usianya yang semakin senja,beliau tetap belajar mendalami ilmu2 agama dan semakin khusyu dalam melaksanakan ibadahnya. Semoga Allah selalu memberikan usia yang barokah kepada beliau dan kesehatan. Aamiin YRA.
Dibalik Megahnya Masjid Nabawi, ada sebuah tempat yang memiliki keutamaan lebih. Tempat yang sangat mulia itu merupakan tempat Rasulullah SAW beribadah, memimpin sholat, menerima wahyu, teriring pula tentunya ibadah para sahabat nan sholeh. Jamaah haji atau umroh yang berada di Madinah, biasanya akan menyempatkan berdoa di tempat ini. Tempat ini tak pernah sepi, menjadi tempat yang paling afdhal untuk memanjatkan doa. Raudhah, nama tempatnya.
Di antara rumahku dan mimbarku terletak sebuah raudhah (taman) dari taman-taman surga. Mimbarku ada di atas telagaku (HR Abu Hurairah RA)
Raudhah ini ditandai tiang-tiang putih dengan ornamen kaligrafi yang khas dan juga karpet warna hijau yang menutup lantainya, membentang dari rumah Rasulullah SAW (yang kini menjadi makam beliau) hingga ke mimbar. Sekitar 26 x 15 meter
Di antara rumahku dan mimbarku terletak sebuah raudhah (taman) dari taman-taman surga. Mimbarku ada di atas telagaku (HR Abu Hurairah RA)
Raudhah ini ditandai tiang-tiang putih dengan ornamen kaligrafi yang khas dan juga karpet warna hijau yang menutup lantainya, membentang dari rumah Rasulullah SAW (yang kini menjadi makam beliau) hingga ke mimbar. Sekitar 26 x 15 meter
Berdoa di Raudhah
Karena tempat ini sangat istimewa, maka seorang disunnahkan untuk selalu beribadah dan shalat di Raudhah Nabi SAW ini. di mana beribadah di dalamnya menghadirkan rasa khusyu mendalam. Setiap doa yang dipanjatkan di dalamnya sangat mudah diijabahi. Beribadah di Raudah selalu memberi rasa tenang dan rasa segar, layaknya kalau kita sedang berada di taman. Raudhah sangat padat selama 24 jam. Buat ikhwan hampir setiap saat bisa shalat dan beribadah di Raudhah. sedangkan akhwat ada jam-jam tertentu, saat waktu Dhuha, antara Dhuhur dan Ashar, serta di malam hari jam 9. Untuk masuk pun, diatur oleh penjaganya, biasanya dibagi per kelompok, intinya kita harus sabar. Beribadah di Raudhah itu sunnah dengan keutamaan besar, tapi sekali lagi mengejar hal yang sunnah jangan membuat kita mengerjakan hal yang haram. Menganiaya/menyakiti sesama , akibat berdesak-desakan. Pada kesempatan saya umroh, saya ambil waktu malam untuk beribadah di Raudah, bersama seorang teman. Saat pintu dibuka, kami berjalan cepat, sambil bershalawat, kami tidak terpengaruh oleh akhwat2 yg berlari-lari, karena kami meyakini akan memasuki tempat Rasul beribadah bahkan melewati makam Rasulullah dan Sahabat beliau itu harus sopan dan tenang, layaknya kalau kita bertamu. | Sambil terus bershalawat dan berpegangan tangan, kami sabar menyusuri jalan menuju Raudah. Sesampainya di Raudah, diatas Karpet yang hijau, saya melihat kepadatan, akhwat yang berdesakan untuk shalat, perlu perjuangan untuk masuk lebih dalam. Alhamdulillah, mungkin karena kesabaran kami menunggu, kami mendapatkan ruang yang lapang saat shalat di Raudah, saya merasa khusyu dan tenang saat shalat sunah. Seolah-olah saya shalat sendiri di ruang yg luas bahkan saya shalat sunahnya 2 x 2 rakaat, dan lama berdoa di Raudah, Rasanya saya ingin berlama-lama shalat dan berdoa di sana. |

Kesabaran yang kita miliki, harus tetap dipertahankan saat kita berada di mekkah, terutama saat Thawaf. Masjidil Haram terutama sekitar Ka'bah selalu padat selama 24 jam, kita akan berdesak-desakan saat masuk dan keluar area thawaf.
Tawaf (طواف / thawaf) adalah sebuah ritual mengelilingi Ka'bah (bangunan suci di Mekkah) sebanyak tujuh kali sebagai bagian pelaksanaan ibadah haji atau umrah.
Tawaf (طواف / thawaf) adalah sebuah ritual mengelilingi Ka'bah (bangunan suci di Mekkah) sebanyak tujuh kali sebagai bagian pelaksanaan ibadah haji atau umrah.
Mencium Hajar Aswad

Selain melaksanakan Thawaf, jamaah pun berebutan untuk mencium Hajar Aswad. Mencium Hajar Aswad hukumnya sunah dan bukan merupakan rukun haji atau wajib haji. Disunnahkan bagi yang mampu dan bagi yang tidak mampu,jika tidak mampu, maka cukup dengan melambaikan tangannya dari jauh sambil membaca takbir.
Ketiak kami dulu melaksanakan Haji pun kami tidak memaksakan diri untuk mencium Hajar Aswad. Kami hanya melambaikan tangan saja.
Begitupun saat umroh kali ini, area thawaf tetap padat. Kami Thawaf Qudum, karena baru saja tiba dari Madinah dengan berpakaian ihrom. Kamipun berthawaf. Alhamdulillah, di setiap putaran thawaf kami bisa mencium Rukun Yamani, walau agak berdesakan.
Setelah selesai putaran ke tujuh, saat itu kami bisa berdoa tepat di depan Multazam, tempat yang makbul untuk berdoa. Dengan khusyu saya berdoa. Tanpa disadari terasa ada dorongan/desakan dari jamaah yang sedang thawaf. Saat itu saya berdoa khusyu untuk kesembuhan mamah saya yang sedang sakit.
Setelah berdoa itulah, tiba2 dalam hitungan sepersekian detik, suami saya mendorong saya tepat di depan Hajar Aswad. Sayapun kaget dan baru tersadar, kalau kepala saya sudah masuk ke dalam area di depan lubang Hajar Aswad. Tanpa membuang waktu sayapun langsung berdoa kembali dengan khusyu.
Subhanalloh dan Alhamdulillah, tanpa saya niatkan, saya bisa berdoa di sana dan mencium hajar Aswad. Setelah keluar dari kerumunan, saya peluk suami karena beliau sendiri tidak sempat karena keburu terdesak oleh jamaah yang lain. Rupanya saat saya berdoa di depan Multazam yang jaraknya sudah dekat dengan Hajar aswad, suami melihat ada yg keluar dari Hajar Aswad dan karena terhalang yg lain sehingga ada celah kosong yang pas dengan saya. Suamipun langsung mendorong saya tepat di depan Hajar Aswad.
Alhamdulillah, sebuah karunia yang tidak terhingga saya berhasil mencium Hajar Aswad, tanpa merasakan berdesakan. Alhamdulillah, saya memang merasakan dimudahkan saat umroh kemarin, walau sayapun mengalami kesedihan yang sangat dalam, karena di hari kedua saya berada di Mekah, Allah SWT memanggil mamah saya kembali kepangkuanNYA. Innalillahi wa Inna Ilaihi Rojiun. Sisa hari saya di Mekah setelah itu, benar2 penuh doa untuk Almarhumah mamah saya. Awalnya saya ingin sekali mengajak mamah umroh. tetapi beliau jatuh sakit, jadi niat itu tertunda. Semoga Almarhumah Mamah Tjutju Saponih binti Ili Samli, khusnul khotimah, diampuni semua kehilafan beliau, diterima amal ibadahnya dan iman serta Islamnya. Aamiin YRA.
Ketiak kami dulu melaksanakan Haji pun kami tidak memaksakan diri untuk mencium Hajar Aswad. Kami hanya melambaikan tangan saja.
Begitupun saat umroh kali ini, area thawaf tetap padat. Kami Thawaf Qudum, karena baru saja tiba dari Madinah dengan berpakaian ihrom. Kamipun berthawaf. Alhamdulillah, di setiap putaran thawaf kami bisa mencium Rukun Yamani, walau agak berdesakan.
Setelah selesai putaran ke tujuh, saat itu kami bisa berdoa tepat di depan Multazam, tempat yang makbul untuk berdoa. Dengan khusyu saya berdoa. Tanpa disadari terasa ada dorongan/desakan dari jamaah yang sedang thawaf. Saat itu saya berdoa khusyu untuk kesembuhan mamah saya yang sedang sakit.
Setelah berdoa itulah, tiba2 dalam hitungan sepersekian detik, suami saya mendorong saya tepat di depan Hajar Aswad. Sayapun kaget dan baru tersadar, kalau kepala saya sudah masuk ke dalam area di depan lubang Hajar Aswad. Tanpa membuang waktu sayapun langsung berdoa kembali dengan khusyu.
Subhanalloh dan Alhamdulillah, tanpa saya niatkan, saya bisa berdoa di sana dan mencium hajar Aswad. Setelah keluar dari kerumunan, saya peluk suami karena beliau sendiri tidak sempat karena keburu terdesak oleh jamaah yang lain. Rupanya saat saya berdoa di depan Multazam yang jaraknya sudah dekat dengan Hajar aswad, suami melihat ada yg keluar dari Hajar Aswad dan karena terhalang yg lain sehingga ada celah kosong yang pas dengan saya. Suamipun langsung mendorong saya tepat di depan Hajar Aswad.
Alhamdulillah, sebuah karunia yang tidak terhingga saya berhasil mencium Hajar Aswad, tanpa merasakan berdesakan. Alhamdulillah, saya memang merasakan dimudahkan saat umroh kemarin, walau sayapun mengalami kesedihan yang sangat dalam, karena di hari kedua saya berada di Mekah, Allah SWT memanggil mamah saya kembali kepangkuanNYA. Innalillahi wa Inna Ilaihi Rojiun. Sisa hari saya di Mekah setelah itu, benar2 penuh doa untuk Almarhumah mamah saya. Awalnya saya ingin sekali mengajak mamah umroh. tetapi beliau jatuh sakit, jadi niat itu tertunda. Semoga Almarhumah Mamah Tjutju Saponih binti Ili Samli, khusnul khotimah, diampuni semua kehilafan beliau, diterima amal ibadahnya dan iman serta Islamnya. Aamiin YRA.
Author
Saya Tien Tresniati lahir dan besar di Bandung. Saya suka membaca puisi dan menulis. Semoga apa yang saya sampaikan melalui media web ini bermanfaat bagi Anda semua.
Archives
January 2018
July 2016
January 2016
December 2015
September 2015
December 2014
November 2014
August 2014
July 2014
February 2014
November 2013
October 2013
September 2013
August 2013
July 2013
June 2013
Categories
All
Anak Anak
Anak-anak
Cahaya Hati
Hikmah Doa
Keluarga
Sekolahku
Seni Dan Budaya
Travelling